Konsep Pembelajaran Toleransi timbul akibat toleransi yang tidak didapatkan secara alamiah, karena itu perlu dipelajari dan diajarkan, lebih tepatnya dilatihkan. Setiap orang mempunyai persepsi atas apa yang ditangkap inderanya, karena itu pelajaran membimbing mengenali perbedaan secara komprehensif dan bagaimana menghadapi dalam keseharian, baik mengarahkan emosi dan sikap ketika menghadapinya dan cara mengendalikan diri ketika berhadapan dengan konflik, termasuk mengalah tanpa merasa kalah.
Pengetahuan tentang toleransi meliputi melihat perbedaan dan kesamaan, konsekuensi ketika bersikap menghadapi konflik, keuntungan dan hambatan dalam toleransi. Pembelajaran ini akan membawa individu kedalam keterampilan berdialog dan berkomunikasi, memahami cara pandang dan keyakinan orang lain tanpa meluruhkan keyakinan diri sendiri, mampu menerapkan model menyelesaikan konflik secara demokratis dan konstruktif.
Konsep Pembelajaran Toleransi
Prasyarat penyerapan optimal pembelajaran menghadapi konflik hanya diperoleh jika seseorang berkepribadian matang, inteligensi cukup (bukan retardasi mental yaitu keterbelakangan mental yang biasanya dibawa sejak lahir) dan sehat jiwa (tidak mengalami gangguan mental emosional berat yang jiwanya terbelah antara dunia nyata dan tidak, sehingga seringkali mengacaukan antara realita dan bukan realita).
Metode yang dianggap tepat dalam pembelajaran ini adalah memodelkan seseorang (biasanya orangtua dan tokoh masyarakat), edukasi kreatif yang memungkinkan individu mengalami konflik dan menghadapinya, pengetahuan yang memadai dan tindakan terbimbing (artinya ketika menghadapi konflik ada seseorang yang dapat memahami dan bersama merencanakan jalan keluar).
Konsep pembelajaran toleransi meliputi menyiapkan individu untuk dapat menerima salah paham sebagai hal lumrah, menanamkan pembentukan struktur dan menghadapkan individu pada konflik spesifik dan merasakannya kemudian mendorongnya untuk berkomunikasi sehingga terlatih mengendalikan emosi, sikap dan perilaku, mengajarkan melakukan solusi atas masalah dan meredakan gejolak emosi, mendorong individu untuk mau dan mampu membicarakan perbedaan, mengubah opini dan mampu bernegosiasi keluar dan kedalam diri.
Bernegosiasi dengan diri sendiri atas ketidaknyamanan akibat benturan tata nilai yang dihadirkan konflik merupakan pembelajaran yang menyita energi. Cara yang biasa digunakan adalah mengubah persepsi atas peristiwa yang dialami. Sebagai contoh dalam pelatihan manajemen dimana hambatan diubah menjadi tantangan, dan kegagalan sebagai sukses yang tertunda.
Dalam pembelajaran toleransi maka ada keseimbangan antara dukungan yang menentramkan hati dan penciptaan suasana ketidak pastian melalui langkah-langkah pendekatan sebagai berikut : menyadarkan individu atas interpretasi yang dibuatnya dan pola tindakan yang diambilnya, mempertanyakan interpretasi yang dibuatnya dan pola tindakan yang diambilnya, menyajikan alternatif pola pikir-sikap dan tindakan ketika berhadapan dengan konflik tanpa melakukan tindak kekerasan, membuat ulang disain baru yang memungkinkan individu melakukan tindakan menghadapi konflik tanpa tindak kekerasan dan menghargai hak-hak orang lain.
Referensi: Ratna Sugeng, Ruang Interaksi: Toleransi, WBC. Jakarta, 2008
Konsep Pembelajaran Toleransi – Padamu Negeri