Kesulitan Dalam Belajar Menulis Tangan

Menulis dengan tangan disebut juga dengan menulis permulaan. Pada pelaksanaan kegiatan menulis dalam pendidikan dimulai sejak pendidikan dasar atau Sekolah Dasar (SD). Pada masa awal mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar umumnya dikenalkan pada konsep-konsep dasar menulis atau pra menulis. Setelah meningkat pada kelas III SD dirasa cukup tepat untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis, dikarenakan pada jenjang kelas III SD pola pengajaran menulis dan kurikulum yang di gunakan sudah mengaplikasikan keterampilan menulis siswa dalam pelajaran seperti kebutuhan mencatat pelajaran dan menulis indah atau menulis halus.

Dalam hal penerapan keterampilan menulis dengan tangan di lingkungan sekolah selain semua mata pelajaran membutuhkan kemampuan menulis, akan tetapi lebih ditekankan pematangan konsep dan aplikasinya ke dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.  Terdapat empat aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam belajar bahasa, antara lain mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini harus diajarkan dengan seimbang agar tujuan pengajaran bahasa dapat tercapai dengan baik.

 

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, juga sebagai salah satu bagian dari pengetahuan dan keterampilan dasar, harus dimiliki oleh siswa tingkat pendidikan dasar. Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengkomunikasikan ide atau gagasanya secara tertulis kepada orang lain.

Menulis bukan hanya kegiatan menyalin bentuk tulisan atau keterampilan menggerakkan alat tulis di atas media tulis, melainkan bagaimana seorang penulis memvisualisasikan atau mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkannya ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis juga merupakan pemindahan pikiran dan perasaan dalam bentuk lambang-lambang bahasa (Semi, 1990:47).

Nuryantoro (2001:296) menyatakan bahwa, Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara dan membaca. Sehingga keterampilan menulis perlu diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dikarenakan untuk mengimbangi keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis tahap awal harus diajarkan sejak pendidikan dasar. Dikarenakan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang umumnya paling sulit dikuasai anak. Selain itu kemampuan menulis sangat dituntut dalam kehidupan bermasyarakat, seperti untuk berkirim surat, mencatat, mengisi formulir, dll.

Terdapat beberapa cakupan keterampilan menurut Yusuf (2003:105) menulis yang termasuk di dalamnya antara lain adalah:

  1. Memegang alat tulis
  2. Menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah
  3. Menggerakkan alat tulis melingkar
  4. Menyalin huruf
  5. Menyalin nama sendiri dengan huruf balok
  6. Menulis nama sendiri dengan huruf balok
  7. Menyalin huruf balok dari jarak jauh
  8. Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung
  9. Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh

Sedangkan yang termasuk faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis menurut Lerner dalam Abdurrahman (1998:225),

  1. Motorik
  2. Perilaku
  3. Persepsi
  4. Memori
  5. Kemampuan melaksanakan cross modal
  6. Penggunaan tangan yang dominan
  7. Kemampuan memahami instruksi

Menulis merupakan Aktivitas multisensori yang mana gabungan dari Aktivitas melihat, mendengar, meraba, dan merasakan (Ann Logsdon, 2007:23). Sehingga kesiapan menulis perlu ditanamkan sejak dini, agar nantinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan dalam salah satu aspek keterampilan menulis akan diketahui lebih awal penanganannya.

Kesulitan belajar menulis

Kesulitan belajar menulis yang sering disebut disgrafia yang merupakan manifestasi anak dengan ketidakmampuan dalam mengingat cara membuat huruf atau simbol matematika. Terdapat beberapa jenis kesulitan belajar yang dialami anak berkesulitan menulis, antara lain sebagai berikut.

  1. Terlalu lambat dalam menulis
  2. Salah arah pada penulisan huruf dan angka
  3. Terlalu miring
  4. Jarak antar huruf tidak konsisten
  5. Tulisan kotor
  6. Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal
  7. Bentuk huruf atau angka tidak terbaca
  8. Tekanan pensil tidak tepat
  9. Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil
  10. Bentuk terbalik

Kesulitan belajar menulis pada umumnya merupakan bentuk proses keterampilan menulis yang salah. Menurut Yusuf dkk (2003:11), “Terdapat empat perkembangan keterampilan menulis dan strategi pembinaannya, yaitu tahap kesiapan menulis, menulis huruf balok, tahap transisi, dan menulis huruf sambung”. Sehingga mulai dari kesiapan anak untuk menulis perlu diperhatikan dalam pengajaran menulis. Penyebab kesulitan belajar menulis sering terkait dengan bagaimana cara anak memegang pensil (alat tulis).

Menurut Hornsby dalam Abdurrahman (1998:228), “Terdapat empat macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil (seperti mau meninju), (4) menyangkutkan pensil di tangan atau menyeret”.

Dari berbagai teknik atau cara memegang pensil yang dapat dijadikan petunjuk anak berkesulitan belajar menulis, menunjukkan bahwa pada kebanyakan kasus anak berkesulitan menulis disebabkan cara anak memegang pensil yang tidak tepat. Untuk membantu anak berkesulitan menulis khususnya kesulitan menulis dengan tangan atau handwriting, sehingga diupayakan agar anak dapat menggenggam dan menggunakan pensil dengan cara yang benar.

Menurut Lerner dalam Abdurrahman (1998:241), “Terdapat berbagai Aktivitas, seperti bagi anak yang kurang dapat memegang pensil dengan benar, dapat dengan bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip, dapat dengan bantuan segitiga bantu atau pensil segitiga (trigonal pencil) atau menggunakan alat tulis yang lebih besar ukurannya (spidol dan yang lainnya)”. Kesulitan menulis dengan tangan dapat mengakibatkan siswa sulit dalam mengikuti pengajaran menulis berikutnya. Maka dari itu pengajaran menulis perlu di berikan sejak dini, setelah itu dikembangkan dalam tahapan pendidikan formal di sekolah. Lovitt dalam Abdurrahman (1998:226) mengemukakan bahwa pengajaran menulis meliputi: menulis dengan tangan atauhandwriting; mengeja dan menulis ekspresif.

Segitiga bantu untuk menulis atau yang disebut Trigonal pencil merupakan salah satu media alternatif untuk mengupayakan dan membantu anak dalam memegang pensil dengan cara yang tepat. Dengan merubah cara menulis yang benar diharapkan keterampilan menulis dapat dimaksimalkan sejak dini. Trigonal pencil merupakan bentuk pensil yang dimodifikasi dengan memberikan bentuk segitiga pada pegangan pensil. Sehingga pola jari akan terbentuk menjadi cara menulis yang benar, dengan sudut dan posisi jari yang tepat.

Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa kesulitan belajar menulis pada umumnya disebabkan oleh kesalahan anak dalam cara memegang alat tulis atau pensil. Dalam upaya membantu anak menggunakan pensil dengan cara yang tepat, maka digunakan media trigonal pencil.

Referensi:

  • Abdurahman, Mulyono. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Proyek pendidikan Tenaga Guru, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
  • Nurvianti, Imas Eva. 2007. Keterampilan Menulis untuk Siswa SD. Jakarta: Lazuardi.
  • Wicaksono dan Sofita Altriana. 2006. Menulis Huruf Tegak Bersambung. Solo:CV Yoga Wahyu Pratama

 

Kesulitan Dalam Belajar Menulis Tangan – Padamu Negeri

Admin Padamu

Mengingat pentingnya pendidikan bagi semua orang, maka Admin Blog Padamu Negeri ingin berbagi pengetahuan dan informasi seputar pendidikan walaupun dengan keterbatasan yang ada.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *