Pengertian Nekara adalah suatu benda berbentuk seperti genderang dengan lengan satu sisi bidang pukul yang sangat lebar, badannya ramping dan kakinya agak lebar. Sisi bagian kaki ini berlubang sehingga kalau sisi lainnya dipukul akan menimbulkan gema suara nyaring. Nekara ini oleh orang asing disebut ketteldrum. Bahannya dari perunggu yaitu suatu campuran timah hitam dan tembaga dengan perbandingan tertentu. Prototipe nekara yang pertama berupa bahan kayu yang satu sisinya ditutup dengan kulit binatang.
Asal Usul Nekara
Ketika Kebudayaan Dongson ditemukan di Annam Utara, dan para ahli berpendapat bahwa kebudayaan Dongson tersebut berasal dari masa 300 tahun SM. Adapun nekara itu sendiri jauh lebih tua dari kebudayaan Dongson sehingga para ahli prasejarah menempatkan umur nekara perunggu pada tahun 600 SM. Van St ein Callenfels dan Von Heine Geldern telah mengujinya melalui berbagai cara dan menghasilkan kesimpulan umur yang sama seperti tersebut di atas.
Nekara tersebar di mana-mana, ada di Mongolia, Cina, India Selatan, Sumatera, Jawa, Bali hingga ke pulau Kei di Maluku. Pada tahun 41 M suku-suku Man, Meau-tze dan Lolo ditaklukkan oleh Jenderal Ma Yuan dari Cina dan banyak nekara yang dirampas lalu dilebur dijadikan kuda perunggu. Akan tetapi pembuatan nekara tidak berhenti karena hingga tahun 300 M. Nekara itu masih dibuat oleh orang-orang Man.
Satu nekara yang disimpan di British Mueum ada tulisannya yang berbunyi: “Dibuat oleh Chang Fu dalam bulan ke tujuh dari tahun keempat pemerintahan Chien Hsing” (kira -kira tahun 226 M).
Hingga tahun, 1200 M nekara-nekara itu masih ada pada masyarakat Man Selatan dan digunakan sebagai genderang perang dan untuk upacara persajian. Selama Dinasti Ming berkuasa maka nekara-nekara itu ditempatkan di atas puncak-puncak gunung dan apabila nekara itu dipukul maka rakyat datang berduyun-duyun. Kira-kira tahun 1800 M Kanton masih menjadi pusat pembuatan nekara.
Fungsi Nekara
Menurut penelitian H.R. van Heekeren dalam abad ke-19 M ini suku bangsa Karen Merah di Birma (kini Myanmar) dan di Thailand Barat masih mempergunakan nekara pada perayaan kematian. Nekara itu dipukul sambil memanggil arwah leluhur yang dianggap berwujud burung. Sekaligus nekara itu dijadikan tempat sesaji berupa daging dan nasi.
Dalam upacara itu puluhan nekara dipergunakan, ada yang bentuknya tinggi dan ada yang pendek. Dalam tahun 1894 suku bangsa Shan dan Inthas di daerah itu masih membuat nekara untuk dijual kepada suku-suku Karen.
Pada tahun 1937 Kontrolir Bima (Sumbawa) bernama S. Kortleven melaporkan bahwa di pulau Sangcang penduduk masih mempergunakan nekara dalam upacara untuk memanggil hujan dengan cara membalikkan nekara itu hingga bagian yang berongga menghadap ke atas. Orang pun percaya bahwa dengan perantaran nekara itu orang dapat membuat kebakaran di pihak musuh pada jarak jauh.
Penduduk kepulauan Kei juga sangat mengeramatkan nekara-nekara itu tidak dapat dipindahkan dan bahkan bisa berubah menjadi batu. Di pulau Selayar penduduk juga masih memuja nekara.
Di Kabupaten Alor (Nusa Tenggara Timur) nekara masih dipergunakan sebagai mas kawin dalam perkawinan. Makin tinggi derajat dan kecantikan sang gadis, maka nekara yang dituntut sebagai mas kawin makin banyak jumlahnya. Nekara juga mempunyai nilai ekonomis karena dapat ditukar dengan hewan temak.
Di Flores Timur nekara dipergunakan sebagai sarana menambah kesuburan tanah, nekara itu diarak berkeliling ladang lalu ditaruh di dalam gubuk yang ada di tengah ladang disertai berbagai upacara.
Nekara di Indonesia
F. Heger seorang pakar nekara telah membagi bentuk nekara menjadi empat tipe dan tipe pertama itulah yang banyak tersebar ke Asia Tenggara hingga Indonesia.
Tipe ini bentuk lebarnya selalu lebih panjang daripada tingginya. Bidang pukul yang lebar pada bagian tengah dihiasi dengan pola bintang yang bersinar 8,10,12,14 atau 16 serta garis geometris, lingkaran, pola ikal, pola tangga, meander dan serong. Ada pula hiasan hewan, orang, rumah dan burung bangau yang terbang dari arah kiri ke kanan. Di tepi bidang pukul dihias pula dengan empat katak, lambang pembuat hujan.
Badan nekara terdiri atas tiga bagian: bagian atas yang cembung dan tampil keluar jauh dari bidang pukul; bagian tengah yang berbentuk silinder; bagian bawah yang melebar ke bawah. Bagian atas sering dihias dengan enam perahu berbentuk bulan sabit dengan awak perahu dan penumpang yang menyamar sebagai burung. Perahu-perahu itu membawa nyawa orang mati ke alam baka.
Di Museum Nasional Jakarta ada sejumlah nekara, hampir semuanya masuk tipe Heger I, kecuali satu nekara dari Banten yang termasuk tipe Heger IV dan nekara Pejeng yang ada di Bali. Ada 12 nekara di Museum tersebut (tahun 1950), tetapi tidak ada yang indah; yang terindah justru terdapat di Indonesia bagian timur seperti Bali, Selayar, Roti, Leti dan kepulauan Kei.
Keindahan hiasan nekara dari Kei dapat digambarkan: Di tengah bidang pukul ada gambar matahari yang dikelilingi garis geometris, meander dan lingkaran kecil-kecil.
Di luarnya dikelilingi burung berparuh pendek; di luarnya lagi dikelilingi perahu-perahu yang berjajar rapat; di luarnya lagi dikelilingi burung bangau berparuh panjang; di luarnya lagi dikelilingi situasi perburuan lalu dikelilingi garis geometris yang saling berpotongan. Di sebelah luar masih ada garis-garis vertikal dan horisontal yang mengapit lingkaran-lingkaran kecil. Hiasan paling luar ialah garis geometris yang berpotongan.
Menurut Nieuwenkamp nekara-nekara di Alor dan Flores Timur didatangkan oleh pedagang Bugis dalam abad ke-17 M. Dengan (demikian jelas bahwa nekara tersebut dibuat di luar wilayah NTT) mungkin berasal dari Annam. Hanya nekara tipe Pejeng yang dibuat di Bali.
Nekara di pulau Selayar bentuknya indah dengan lukisan gajah, burung, pohon kelapa dan burung merak, semua hewan itu digambar menghadap ke kanan. Karena indahnya nekara itu maka van Heekeren tidak yakin bahwa nekara ini buatan Selayar, mungkin di datangkan dari luar.
Asal Usul Nekara Indonesia