Saridjah Niung termenung melihat banyak anak didiknya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School, sekolah Belanda untuk orang pribumi pada zaman penjajahan Belanda) tampak kurang bahagia. Beliau mencoba membuat suasana agar lebih menyenangkan dengan menciptakan dan mengajarkan lagu-lagu yang berbahasa Indonesia dengan lirik yang mudah dimengerti daripada lagu-lagu berbahasa Belanda, kepada siswanya.
Dengan alasan tersebut, wanita yang menyelesaikan pendidikan guru di Kweek School, Bandung, mulai menciptakan lagu untuk anak-anak Indonesia saat mengajar di beberapa HIS tahun 1925-1941. Di sini Saridjah Niung mulai mengajar anak-anak menyanyi lagu berbahasa Indonesia untuk memberi kegembiraan kepada siswanya, sekaligus menggali kemampuan imajinasi dan khayalan mereka untuk dapat berbakti, mencintai dan membuat jaya bangsa dan tanah air.
Lebih dari 200 lagu anak-anak telah diciptakan oleh Saridjah Niung dan sampai saat ini masih digunakan sebagai materi belajar menyanyi terutama di TK dan sekolah dasar. Sebut saja, Tik Tik Bunyi Hujan, Hai Becak, Menanam Jagung, Burung Kutilang, Nenek Moyang dan Kupu-kupu. Meskipun, lagu ciptaan Beliau banyak yang tidak terselamatkan, beberapa lagu anak menjadi legendaris di Indonesia.
Sebagai orang yang hidup di zaman penjajahan Belanda, rasa patriotisme Saridjah Niung timbul dan diwujudkan dalam bentuk lagu yang bertema rasa patriotisme dan semangat cinta kepada tanah air. Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, Tanah Airku merupakan beberapa karya Beliau yang telah menjadi lagu wajib di Indonesia.
Sosok Saridjah Niung (Ibu Soed)
Saridjah Niung lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 26 Maret 1908, anak bungsu dari 13 saudara, keluarga seorang pelaut asal Bugis, Mohamad Niung. Mohamad Niung yang meninggalkan profesi sebagai pelaut dan bekerja sebagai pengawal Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Kejaksaan Tinggi pada waktu itu, yang merupakan seorang Indo Belanda. Saridjah Niung oleh J.F. Kramer sangat disayangi dan dianggap sebagai anak angkat.
Dari ayah angkatnya, Saridjah belajar seni suara dan bermain musik biola. Untuk memperdalam ilmu seni suara dan musik, Saridjah belajar di sekolah pendidikan guru Hoogere Kweek School (HKS) Bandung. Setelah menyelesaikan masa pendidikan, Beliau mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) sebagai guru seni suara. Dari sinilah, Saridjah Niung mulai menciptakan banyak lagu.
Pada tahun 1927, Saridjah Niung menikah dengan Raden Bintang Soedibjo seorang pengusaha. Sesuai dengan adat, nama berubah menjadi Saridjah Niung Bintang Soedibjo dan akrab dipanggil dengan sebutan “Ibu Soed” (ejaan baru: Ibu Sud) singkatan dari Soedibjo nama suaminya. Dari pernikahannya, dikaruniai tiga orang putri.
Ibu Soed (ejaan baru: Ibu Sud) bukan hanya piawai dalam seni suara saja, Beliau juga pernah menulis naskah drama dan piawai dalam seni batik. Belau juga aktif dalam pergerakan Nasional, bahkan saat pertama kali Lagu Indonesia Raya dikumandangkan di Gedung Pemuda 28 Oktober 1928, Ibu Soed turut mengiringi bersama W.R. Supratman. Ibu Sud juga aktif sebagai pengasuh siaran anak-anak di berbagai pemancar siaran radio (1927-1962).
Ibu Soed wafat tahun 1993, pada usia 85 tahun. Pemerintah Indonesia memberi penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dan dari MURI memberi penghargaan Empu Lagu Anak-Anak Indonesia karena menciptakan 480 lagu anak-anak Indonesia dan Perintis Batik Terang Bulan Konsepsi Bung Karno untuk menciptakan batik khas Indonesia.
Sosok Saridjah Niung (Ibu Soed) – Padamu Negeri